SEINFOMU.BLOGSPOT.COM Oleh: Mohammad AkbarPengelola biro travel sampai harus menolak jamaah yang ingin pergi ke Tanah Suci.Niat umat Muslim Indonesia untuk menunaikan ibadah umrah pada masa Ramadhan mengalami peningkatan dibanding periode Februari dan Maret. Sayangnya, peningkatan permintaan itu terpaksa ditolak oleh sejumlah pengelola travel umrah karena adanya kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang telah memangkas kouta umrah Indonesia."Sekarang ini kami harus menolak permintaan jamaah untuk pergi umrah. Kami khawatir, ketika menerima nantinya malah tidak bisa memberangkatkan mereka," kata Muhammad Hasan, direktur utama Gaido Travel, kepada SEINFOMU.BLOGSPOT.COM di Jakarta.Hasan mengatakan, saat ini pihaknya hanya bisa memberangkatkan jamaah satu bus untuk program iktikaf Ramadhan di Tanah Suci. Dalam satu bus tersebut, jumlahnya maksimal mencapai 45 orang. Pemberangkatan satu bus itu bukan karena sepinya peminat untuk berumrah pada masa Ramadhan. "Yang meminta untuk berangkat jumlahnya jauh lebih banyak, tapi kita harus menolaknya. Tidak berani," ujarnya.Dengan menyusutnya jamaah yang diberangkatkan, Hasan mengakui, merosot pula kucuran surplus yang harusnya dapat dikumpulkan. "Besarnya hampir 50 persen," ungkapnya. Muhammad Wahyu dari Ramada Sari Travel menyampaikan pula hal serupa. Secara umum, kata dia, jamaah dari seluruh dunia yang pergi ke Tanah Suci tidak ada mengalami penurunan. Penurunan jumlah jamaah itu, kata dia, hanya terjadi untuk Indonesia.Wahyu memberikan perbandingan betapa penurunan itu telah terjadi pada masa Ramadhan tahun ini. Penyebab menurunnya jumlah jamaah ini, kata dia, karena adanya sejumlah faktor. Ia mengakui, pembatasan kouta yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi kepada Indonesia belum lama ini telah memberikan dampak nyata. "Pembatasan kouta ini hanya salah satu faktor saja."Faktor lainnya, lanjut Wahyu, terkait dengan harga umrah di masa Ramadhan yang sangat melejit. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, kata dia, harga umrah pada masa Ramadhan ini tergolong mahal. Pada awal periode umrah, sekitar Februari dan Maret, Wahyu mengatakan, banderol harga sekitar Rp 20 juta.
Sekarang ini, kata dia, untuk menunaikan ibadah umrah paling tidak dibutuhkan anggaran sebesar Rp 35 juta. "Bahkan, kami ada paket yang sampai Rp 90 juta," ungkapnya.Lalu, penyebab lainnya lagi, kata Wahyu, terkait dengan cuaca musim panas yang terjadi pada masa Ramadhan tahun ini.
Bagi sebagian orang Indonesia cuaca yang bisa menembus suhu 48 derajat Celcius itu akan cukup menyulitkan jamaah ibu-ibu dan anak-anak.Namun, Wahyu mengatakan, penurunan jumlah jamaah ini tak lepas dari tren siklus yang terjadi selama setahun.
Ia menjelaskan, pada awal pembukaan umrah biasanya selalu terjadi peningkatan jamaah yang berangkat. Tiga bulan berikutnya, terjadi penurunan terkait dengan naiknya harga umrah yang ditawarkan. "Tetapi, kalau dibandingkan dengan periode Ramadhan tahun lalu, jamaah yang berangkat umrah memang mengalami penurunan. Jumlahnya masih belum bisa absolut kami dapatkan, tetapi dampaknya sudah mulai terlihat saat ini," jelasnya.Sementara itu, Fuad Hasan Masyhuri, ketua Asosiasi Muslim Penyelenggara Umrah dan Haji (Amphuri), melihat potensi jamaah untuk melakukan program iktikaf Ramadhan tetap bagus. Terjadinya pembatasan kouta, menurut dia, pengaruhnya tidak terlalu besar untuk membuat minat jamaah pergi umrah. "Insya Allah tidak ada, tapi sekarang ini kami masih terus memantaunya," katanya.Hasan mengaku, pembatasan kouta memang telah menjadi kendala buat para pengelola travel untuk bisa mendongkrak volume jamaah. "Tapi, semoga saja ini tidak terjadi terlalu lama dan saya melihat, insya Allah, (pengurangan kouta) itu tidak terlalu besar buat program umrah," jelasnya.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.