
SEINFOMU.BLOGSPOT.COM, Kairo : Ribuan orang berkumpul di Lapangan Tahrir Jumat lalu, yang menjadi pusat gerakan revolusi Mesir sekaligus titik berkumpul massa yang menggulingkan Presiden Mohammed Morsi, yang baru setahun berkuasa.
Tapi saat itu mereka tidak datang untuk berdemo, melainkan buka puasa bersama di hari pertama Ramadan.
Tak hanya umat Islam, tapi juga pemeluk Kristen. Mereka duduk bersama dalam kesatuan. "Saya berharap saudara sebangsa dianugerahi kesehatan selamanya. Kami sejatinya adalah saudara, umat Muslim dan Kristen," kata salah satu pemeluk Kristiani, Fareg Girgis Abdul-Masih, seperti dimuat Al Arabiya, Minggu 14 Juli 2013.
Acara buka puasa bersama bertepatan dengan aksi para pendukung Morsi, yang berdemonstrasi di seantero negeri. Para loyalis meminta kekuasaan dikembalikan pada presiden yang digulingkan 3 Juli 2013 lalu. Alasannya, penggulingan melalui kudeta militer mengancam transisi demokrasi Mesir, pasca-lengsernya Hosni Mubarak pada 2011 lalu.
Namun, salah satu penentang Morsi, Ashraf Ali Hasan mengatakan protes massa yang berlangsung pada 30 Juni, adalah awal kelahiran kembali Mesir menyusul, gagalnya kepemimpinan Morsi.
"Hari ini, setelah 30 Juni, kami mengembalikan semuanya ke tempat semestinya. Dan alhamdulillah, Mesir telah kembali, 10 kali lebih kuat daripada sebelumnya, "kata dia.
Kritikus Morsi mengatakan, meski terpilih secara demokratis, ia memerintah dengan cara yang anti-demokrasi, yang mengancam memecah belah negara yang sudah terperosok dalam kekacauan politik dan krisis ekonomi.
Hal senada pun disampaikan seorang imam, yang berceramah di Lapangan Tahrir. Ia mengatakan, buka puasa bersama dilakukan untuk menciptakan persatuan setelah periode panjang perpecahan.
"Iftar (buka puasa) ini adalah simbol persatuan bangsa. Untuk menyatakan, bahwa rakyat Mesir -- Islam dan Kristen, berada dalam lapangan yang sama, bangsa yang sama. Iftar juga untuk menghormati darah para martir yang tertumpah. Dan kami menuntut keadilan bagi mereka hari ini," kata Mohamed Abdullah Nasser. "Ini adalah iftar bagi para martir dan persatuan bangsa."
Sementara banyak yang menyerukan persatuan, ironi tak terelakkan. Mesir masih diwarnai ketegangan pasca-terbunuhnya 53 pendukung Morsi yang diduga dilakukan tentara pada tanggal 8 Juli 2013, di tengah protes di luar sebuah barak tentara di mana Morsi dilaporkan ditahan. Beberapa polisi dan tentara juga tewas dalam bentrokan. (Ein)
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.