
SEINFOMU.BLOGSPOT.COM JAKARTA -- Pengamat politik internasional, Zuhairi Misrawi menyarankan parpol berhaluan agama terutama Islam di Indonesia, agar mengambil pelajaran dari pergolakan politik Mesir, terutama dari partai afiliasi dari Ikhwanul Muslimin di Negeri Piramida itu."Partai sayap dari Ikhwanul Muslimin itu mampu berkuasa tapi hanya sebentar dan digulingkan oleh militer dan rakyatnya. Apa yang dapat diambil pelajaran dari jatuhnya partai Islam Mesir itu adalah supaya parpol Islam dapat mengakomodasi seluruh elemen bangsa dan lebih terbuka terhadap perubahan zaman," kata Zuhairi seusai diskusi 'Gejolak Timur Tengah dan Masa Depan Pluralisme di Indonesia' di Megawati Institute, Jakarta, Kamis (19/7).Selain itu, terdapat kecenderungan perubahan pemerintahan sangat dipengaruhi pergerakan anak muda sebagaimana terjadi di Indonesia pada 1998 atau Mesir beberapa waktu yang lalu. Ia mengatakan, parpol Islam harus pandai dalam mengakomodasi keinginan anak muda yang cenderung menghendaki perubahan, pluralisme dan adanya politik yang mencerminkan kebersamaan.Menurutnya, anak muda memiliki potensi suara pemilu dan dapat memengaruhi publik dalam jumlah yang besar mengingat mereka memiliki interaksi yang intens terutama pada berbagai saluran media sosial."Dan itu yang kita harapkan dari parpol manapun dan pemimpin kita. Mereka perlu berbesar hati terutama para pemimpin untuk memperhatikan dan melibatkan anak muda dalam setiap kebijakkannya. Ketika anak muda mulai ditinggalkan maka revolusi dapat saja terjadi kapan saja," katanya.Saran pria yang biasa disapa Gus Mis itu bukan tanpa alasan. Sebab, beberapa waktu lalu lembaga survei mengeluarkan temuan kurang diminatinya partai agamis. Dalam jajak pendapat terbaru yang dirilis lembaga survei Pusat Data Bersatu (PDB) menunjukkan partai agamis dan nasionalis semakin kurang diminati dalam kurun enam bulan pertama tahun 2013.Dari 1.200 responden, sebanyak 45,13 persen publik menginginkan partai merakyat. Sedangkan partai bersih dari korupsi sebanyak 39,83 persen. Sedangkan partai agamis dan nasionalis masing-masing meraih dukungan 6,15 persen serta 4,27 persen. Artinya, terdapat jarak yang sangat jauh dalam kisaran 30 persen lebih dibanding partai yang bersih dari korupsi.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.